Pandangan Gereja Katolik Mengenai Homoseksual

Sekali lagi, tulisan ini aku buat setelah membaca artikel tentang kampanye mendukung pernikahan homoseksual di facebook. Banyak orang yang mengganti gambar profilnya dengan tanda “=” yang menyimbolkan mereka mendukung perjuangan kaum homoseksual dalam meminta peresmian pernikahan homoseksual.

Aku kemudian menemukan artikel ini yang membahas apa pandangan Gereja Katolik tentang homoseksual. Intinya adalah:
1. Gereja menolak adanya hubungan sesama jenis, karena melanggar kodrat dari Tuhan dimana laki-laki ditakdirkan bersatu dalam hubungan pernikahan dengan wanita, kecuali laki-laki atau wanita tersebut memilih hidup selibat.
2. Gereja menolak operasi terhadap bagian tubuh yang bukan didasarkan atas alasan medis, contoh operasi kosmetik, operasi plastik, operasi kelamin, dan lain-lain, karena berarti orang tersebut menolak pemberian dari Tuhan. Artikel mengenai operasi kelamin
3. Gereja mengakui adanya kasus langka dimana seseorang mungkin saja memiliki alat kelamin ganda. Dalam hal ini, pertimbangan lebih lanjut harus dilakukan secara medis untuk dapat benar-benar memastikan jenis kelamin orang tersebut. Pada akhirnya, jika orang tersebut ingin menikah, maka status kelaminnya harus sudah jelas terlebih dahulu.
4. Memiliki orientasi homoseksual berbeda dengan melakukan orientasi homoseksual. Jika seseorang memiliki orientasi homoseksual, dia tidaklah berdosa selama dia masih mampu menguasai dirinya dan tidak menuruti keinginannya tersebut. Dia bisa saja meminta pertolongan beberapa pihak untuk membantu mengubah orientasinya kembali ke normal. Namun ketika dia mulai tunduk kepada orientasinya tersebut, maka dia berdosa.
5. “Hate the sin, love the sinner”. Gereja membenci tindakan homoseksual, tapi bukan berarti Gereja menjauhi dan mengucilkan orang-orang homoseksual. Gereja selalu membuka tangan kepada mereka, dan akan selalu berupaya untuk mengembalikan mereka ke orientasi heteroseksual.

Mudah-mudahan hal ini menambah pengetahuan kita 🙂

3 komentar di “Pandangan Gereja Katolik Mengenai Homoseksual

  1. “3. Gereja mengakui adanya kasus langka dimana seseorang mungkin saja memiliki alat kelamin ganda. Dalam hal ini, pertimbangan lebih lanjut harus dilakukan secara medis untuk dapat benar-benar memastikan jenis kelamin orang tersebut. Pada akhirnya, jika orang tersebut ingin menikah, maka status kelaminnya harus sudah jelas terlebih dahulu.”

    Sebenarnya agak aneh bila pertimbangan dilakukan secara medis dimana dalam banyak hal gereja tidak dapat menerima kenyataan medis. medis jelas dalam memutuskan hal2 sehubungan dengan ini tidak sesederhana yang orang pikir. Seksualitas, identitas gender, organ reproduksi (internal sex organ), kelamin (eksternal sex organ), dan orientasi seksual ternyata tidak hitam putih seperti yang disangkakan orang. Hal2 yang disebut diatas ternyata tidak selalu sejalan. Dan tidak pula serta merta pengaruh lingkungan seseorang mempunyai orientasi seks yang berbeda atau mempunyai identitas diri (laki/perempuan) yg tidak sesuai dengan kelamin yang mereka miliki. Terhadap kasus homoseksual, saya tidak membahas tentang homoseksual yang sekular. Justru orang homoseksual yang beragama yang membuat saya berpikir banyak. Menghakimi sesuatu keadaan tanpa melihat, mengenal dan ikut merasakan pergumulan mereka adalah sungguh hal yang dalam pandangan saya tidak adil.

    Buat kekritenan, alkitab jelas tidak bisa salah. Lalu apabila alkitab tidak sejalan dengan fakta, bagaimana kita menyikapinya? Menurut saya cuma tinggal satu, yaitu penafsiran dan pengertian kita tentang ayat alkitab yang salah. Kita menghakimi berdasar apa yang terlihat, sedangkan Allah menghakimi dari hal yang tersembunyi. Kasus intersex saat ini mencuat, karena orang2 yang intersex(berkelamin ganda ini) mulai berani menunjukkan dirinya dan keluar dari tekanan masyarakat dan norma sosial budaya yang terbentuk. Saat kedokteran belum semaju sekarang, kasus intersex yang diterima sebagai “cacat lahir” adalah kasus yang kasat mata dimana kelamin luar yang tidak sempurna menjadi ukurannya, sdgkan kelainan didalam, krn tidak kelihatan dianggap sebagai penyimpangan. Saat mulai ada sinar x, dimana kelainan organ dalam bisa dilihat, kini penyimpangan organ dalam pun diterima, tapi cacat genetik belum terlihat, dan penyimpangan atas pandangan yang terlihat pun akan dianggap penyimpangan. Menurut saya, sudah ada indikasi dalam penelitian medis, walau masih diperdebatkan, bahwa homoseksual dan juga transeksual pun ternyata bisa dimulai sejak kandungan. Alasan yang sering dikemukakan bahwa kita ada di dalam kejatuhan dunia sehingga hal2 yang menyimpang terjadi, menurut saya adalah ironi, saat kita juga tahu banyak ayat yang menyatakan bahwa TUHAN lah yang membentuk kita sejak dari dalam kandungan. Walau kita ini mungkin dikandung dalam dosa, mengingat firman Tuhan saat Yesus ditanya siapa yang berdosa saat seseorang lahir buta membuat saya tidak berani mengkategorikan orang yang “tidak sama” dengan orang kebanyakan dalam sebuah kata “penyimpangan”.
    Kerendahan hati untuk menerima bahwa kita mungkin salah akan membuat kita mampu untuk mendengar lebih, bergumul lebih dalam Tuhan, dan mengasihi lebih pula.

  2. Untuk kepentingan pengetahuan, saya berikan beberapa link untuk menambah wawasan:
    1. Sebuah cerita dimana medis berusaha membuktikan bahwa manusia terlahir tanpa identitas gender, dan bahwa gender itu dapat dibentuk dari sosial kultural dan cara membesarkan anak. Hal ini untuk memberikan pertimbangan pada orang2 yang mengaku transeksual sejak lahir. Masih berbahasa inggris, tapi saya rasa banyak pembaca yang mengerti bahasa inggris. http://www.youtube.com/watch?v=MUTcwqR4Q4Y

    2. Cerita tentang seorang yang hidup sebagai wanita yang kemudian ternyata memiliki kromosom pria XY. Ia adalah penderita Androgen Insensitivity syndrom.

    3. Dokumentasi national geography yang menceritakan betapa kompleksnya seksualitas dan identitas gender seseorang.
    Part 1 http://www.youtube.com/watch?v=5ScgvPvauKE&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB
    Part 2 http://www.youtube.com/watch?v=jCfLtA69LIA&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB
    Part 3 http://www.youtube.com/watch?v=vQ7dt5sTDGc&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB
    Part 4 http://www.youtube.com/watch?v=DzMpbFM0CWg&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB
    Part 5 http://www.youtube.com/watch?v=QcRdXC4tdoQ&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB

    4. http://www.youtube.com/watch?v=jbwR0inBd8s&list=PLx9gUvLziifz2nS0i3sxtrHF1a0Du56nB

  3. Wah, saudara/i i2_2110, komentarmu benar-benar menarik 🙂

    Buat aku, ada 2 hal yang harus dipisahkan ketika membahas hal ini, yaitu orang-orang homoseksual dan orang-orang transseksual.

    Ketika kita membahas orang-orang homoseksual secara umum (baik sekuler maupun yang beragama), aku rasa aturannya sudah cukup jelas. Tuhan sendiri sudah melarang homoseksualitas di dalam Alkitab. Jadi aku rasa ketika gereja melarang dan mengecam pernikahan sejenis, aku tidak melihat ada kesalahan. Sampai dunia semaju sekarang pun, memang masih belum bisa diketahui apa sih sebenarnya penyebab penyimpangan seksual ini, tapi bukan berarti perbuatan homoseksual lantas boleh dibenarkan. Kalau membaca poin ke-4 dari tulisanku di atas, aku rasa itu inti dari segalanya. “Memiliki sifat/orientasi/perilaku tertentu yang tidak sesuai perintah Allah tidak lah berdosa. Melakukannya lah yang berdosa”. Ya, mungkin dia memiliki orientasi homoseksual sejak lahir, tapi tidak ada keharusan agar dia tunduk kepada orientasinya tersebut kan, terlebih kalau dia memang religius dan tahu sendiri firman Tuhan yang melarang tindakan homoseksualitas? Dia bisa saja misalnya hidup lajang seumur hidup. Atau siapa tahu dengan konseling, luka-luka batinnya sembuh, dia kembali lagi
    menjadi heteroseksual.
    Mengutip sebuah pernyataanmu di atas:

    Walau kita ini mungkin dikandung dalam dosa, mengingat firman Tuhan saat Yesus ditanya siapa yang berdosa saat seseorang lahir buta membuat saya tidak berani mengkategorikan orang yang “tidak sama” dengan orang kebanyakan dalam sebuah kata “penyimpangan”.

    Gereja tidak pernah menghukum atau pun mengkategorikan orang yang mengalami kelainan homoseksual sebagai sebuah “penyimpangan”. Yang dicap sebagai penyimpangan adalah tidakan homoseksualitasnya, seperti seks atau pernikahannya. Yang ditentang gereja adalah tindakan-tindakan mereka yang menyimpang dari Alkitab, seperti pernikahan sejenis misalnya. Ingat, ilmu medis (genetika, psikologi, dan lain-lain) adalah hasil pengembangan manusia. Apakah benar homoseksualitas itu bawaan sejak di kandungan,atau kah homoseksualitas itu merupakah hasil daripada trauma batin orang itu? Aku rasa tidak akan ada ilmu buatan manusia yang bisa mengungkapkannya. Tapi satu yang pasti, tindakan homoseksualitas adalah dosa. Aku rasa hal ini tidak bisa dibantah.

    Kalau membahas mengenai transseksual, aku akui ini merupakan hal yang masih sulit untuk dibahas, karena mau gak mau, hal ini masih di luar kemampuan manusia. Dan sekali lagi, gereja tidak pernah mencap mereka sebagai “penyimpangan”. Lantas kenapa gereja kok mau mengatur jenis kelamin mereka? Gereja cuma tidak mau kalau orang itu nantinya terjebak tindakan homoseksualitas, yang berujung dosa kepada orang itu sendiri. Nah, dalam hal ini, mau tidak mau, gereja terpaksa meminta bantuan medis dalam menentukan jenis kelaminnya. Yang aku baca sih, cukup banyak pertimbangan yang diambil oleh pihak medis ketika memutuskan jenis kelamin dominan dari orang transseksual. Dan ketika medis mengatakan “dia perempuan” misalnya, ya mau gak mau gereja harus berpegang pada hal tersebut. Dan sebagai konsekuensinya, ya orang itu harus menikah dengan laki-laki. Apakah medis mungkin salah? Ya, bisa saja. Tapi adalah lebih baik kita mempunyai suatu pegangan, dibandingkan kita berjalan dalam kegelapan.

    Ada sebuah kutipan yang bagus. “In the end, it’s always between you and God. It’s never between you and other people”. Kita berdua (atau mungkin seluruh dunia) bisa berargumen mengenai ini sampai berabad-abad, tapi ingat bahwa pada akhirnya, penilaian Tuhan yang menentukan. Ketika kita mau melakukan sesuatu, tanyalah “Apakah ini melanggar perintah Tuhan atau tidak?”. Kalau kamu sudah tahu bahwa itu melanggar, dan kamu tetap memilih untuk melakukannya, ya itu adalah urusanmu dengan Tuhan kelak. Yang dilakukan gereja sekarang cuma lah tindakan preventif, jangan sampai orang-orang itu masuk ke dalam kesalahan itu. Aku gak pernah mendengar gereja mengatakan “Hakimi orang homoseksual itu!!!”. Yang ada gereja melarang dan tidak mengakui pernikahan sejenis. Mau tetap dilakukan? Silahkan saja, karena penghakiman terakhir bukan di tangan gereja. Gereja tidak pernah menutup pintunya buat siapa pun, kecuali kamu pernah melihat sebuah gereja yang menempel daftar orang-orang yang dilarang masuk ke dalam gereja.

    Satu hal juga yang aku mau komentari sedikit saja adalah ilmu-ilmu yang ada di bumi ini adalah buatan manusia. Dan buatan manusia mau mencoba memahami kehebatan Tuhan? Sangat tidak mungkin. Jadi boleh saja kita membaca dan menonton materi-materi ilmiah, Tapi pada akhirnya, kita harus pintar menilai tontonan mana yang layak kita simpan di otak, tontonan mana yang dianggap sebagai hiburan. Tidak ada salahnya kita melakukan diskusi, tapi sebisa mungkin jangan dibenturkan antara agama dan sains. Aku sudah melihat banyak orang melakukannya, dan yang terjadi adalah debat tiada akhir, karena mau diakui atau tidak, ciptaan Allah super duper kompleks, dan manusia tidak akan mampu memahaminya. Ya, masalah homoseksual dan transseksual sangatlah rumit. Tapi aku rasa perintah Tuhan sangatlah jelas dan mudah dimengerti, dilarang menikah sejenis. Manusia boleh mencoba berargumen panjang lebar dari A-Z, melakukan study dari yang simpel sampai yang aneh-aneh, tapi perintah itu tidak akan pernah berubah sekarang maupun di masa datang.

Tinggalkan komentar